Sejarah Perdagangan Asia dan Eropa
Dalam fase pertamanya, hubungan dagang antara Asia dan Eropa dilakukan melalui jalan darat. Jalur perdagangan ini dikenal dengan sebutan Jalur Sutera. Stelah fase pertama berakhir (Setelah Dinasti Han runtuh) kekacauan di daratan Cina serta rongrongan suku padang rumput di Asia Tengah membuat jalur sutera tidak aman lagi. Karena ketidak nyamanan jalur darat maka jalur perdangan berubah melalui jalur lautan.
Dalam fase keduanya, jalur perdagangan dari pantai selatan Cina melalui laut Cina Selatan, Selat Malaka, Teluk Benggala, sampai ke India. Dari India perjalanan diteruskan ke laut Arab, Laut Merah, dan wilayah Asia Barat lalu menuju Eropa dan Laut Tengah.
Barang dagangan dari Asia umumnya berupa barang-barang keperluan masyarakat kalangan atas, seperti sutera, porselen, kulit binatang berbulu tebal, serta perhiasan logam dan emas. Sedangkan barang dagangan dari Eropa seperti gelas, kain wol, dan permata. Pertemuan barang dagangan dari kedua wilayahberlangsung di pelabuhan Eropa Barat.
Ketika kekalifahan Islam muncul sebagai kekuatan yang disegani di Asia Barat membuat peta perdanganan dikuasai pedagang islam sehingga kesempatan pedagang Eropa menjadi terhambat. Untuk sementara hubungan perdagangan Asia-Eropa menjadi terputus, hal ini juga didukung dengan adanya feodalisme di Eropa Barat.
Cara hidup feodalisme adalah dengan mengandal diri pada tanah karena tanah adalah sumber kekayaan. Namun dilain pihak, cara hidup feodal membuat kelompok masyarakat menjadi ekslusif sehingga melesukan semangat dagang. Sehingga menganggap perdagangan tidak lagi diperlukan karena keperluan bida dipenuhi dari wilayahnya sendiri sehingga muncullah kolonialisme untuk meningkatkan wilayah kekuasaan.